Berikut 10 Film Terbaik Indonesia 2013 :
10. Soekarno
Sutradara: Hanung Bramantyo Pemeran: Ario Bayu, Maudy Koesnaedi, Lukman Sardi, Tika Bravani, Ferry Salim dan Tanta Ginting Produksi: MVP, Dapur Film Production dan Mahaka Pictures
Melelahkan, terlebih di paruh pertama,
tapi “Soekarno” bukan film yang sampai membosankan. Terlepas dari
ceritanya yang kesana-kemari, sejak awal film yang sempat “keruh” karena
kisruh ini memang diakui menarik ketika berbicara soal tata produksi.
Kita begitu diyakinkan dengan setting-nya, departemen artistik di
“Soekarno” sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa, dan mereka bisa
begitu “akur” dengan Faozan Rizal dalam menghasilkan gambar-gambar yang
membuat saya betah berlama-lama duduk bersama “Soekarno”.
09. Tampan Tailor
Sutradara: Guntur Soeharjanto
Pemeran: Vino G Bastian, Jefan Nathanio dan Marsha Timothy
Produksi: Maxima Pictures
Ditangan seorang Guntur Soeharjanto
(Purple Love), “Tampan Tailor” bercerita apa adanya, walaupun ada
beberapa upaya untuk memaksakan emosi penonton lewat scoring-nya yang
bisa dikatakan berlebihan itu, tapi cerita yang ditulis oleh duet Alim
Sudio (Air Terjun Pengantin Phuket) dan Cassandra Massardi (40 Hari
Bangkitnya Pocong) justru lebih bisa diterima akal sehat, membumi, dan
mudah untuk dinikmati. “Tampan Tailor” memang tidak dipungkiri akan
mengingatkan kita pada “The Pursuit of Happyness”, film yang dibintangi
oleh Will Smith dan anaknya, Jaden Smith itu. Tapi percayalah ini bukan
versi Indonesia-nya, bukan jiplakan, kesamaannya pun minor, “Tampan
Tailor” mengalirkan ceritanya tanpa ingin ikut-ikutan seperti film
Hollywood tersebut.
08. Kisah 3 Titik
Sutradara: Bobby Prabowo
Pemeran: Lola Amaria, Ririn Ekawati, Maryam Supraba dan Donny Alamsyah
Produksi: Lola Amaria Production
Ketika para buruh “berpesta” pada 1 Mei
merayakan May Day, “Kisah 3 Titik” ini adalah cara Lola Amaria untuk
ikut merayakan, berdemo lewat media film. Jika boleh membandingkan
dengan “Minggu Pagi di Victoria Park”, filmnya kali ini memang rada
kelam nan muram, “menjual” cerita miris dibalik seragam-seragam berwarna
cerah para buruh. Dipercaya untuk menyutradarai, saya rasa Bobby
Prabowo pun dengan baik menuturkan cerita hasil tulisan Charmantha Adjie
tersebut. Dikemas apa adanya, terlepas dari dramatisasi yang memang
juga diperlukan, film ini dengan mudah menguras emosi saya dari tiap
kepedihannya, yang dicurahkan oleh masing-masing karakternya, tanpa
adanya paksaan.
07. Cinta Dalam Kardus
Sutradara: Salman Aristo
Pemeran: Raditya Dika, Anizabella Lesmana, Dahlia Poland dan Wichita Setiawati
Produksi: Kompas Gramedia Studio
Curhatan-curhatan yang diceritakan
apa-adanya itu dengan segala lebay-nya ala Raditya Dika, tetap menjadi
tontonan yang menarik terlepas beberapa bagiannya yang garing. Sekali
lagi konsep yang membungkus “Cinta Dalam Kardus” benar-benar membuat
film ini terangkat, dari sekedar film komedi cinta yang biasanya
disajikan gitu-gitu saja, jadi film komedi cinta yang tidak hanya porsi
komedi-nya tersaji cukup cerdas, kemasannya pun langka untuk sebuah film
Indonesia. Dari awal konsep kardus dan stand up comedy-nya membuat saya
betah mendengar celotehan-celotehan Miko, sambil sesekali diinterupsi
oleh penontonnya, yang dari beragam umur itu, dari anak ABG yang
menggebu-gebu-alay mengkritik apa yang sudah diceritakan Miko, hingga
pasangan yang sudah menikah, responnya pun beda. Menarik, secara tidak
langsung “Cinta Dalam Kardus” memang tidak saja ditargetkan untuk
remaja-remaja baru gede yang baru mengenal cinta, tapi memang
ditargetkan untuk mereka yang pernah merasakan cinta dan tersakiti.
06. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Sutradara: Sunil Soraya
Pemeran: Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian
Produksi: Soraya Intercine Films
Setelah pendakian di “5 CM” membawa
hasil jumlah penonton yang spektakuler, pelayaran “Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck” jelas tak saja membawa sebuah misi untuk menghibur
penonton dengan tontonan yang berskala besar, tapi juga ditumpangi
ambisi besar untuk memperoleh penonton sebanyak-banyaknya. Ya, walau
belum bisa melompati hasil yang diperoleh produksi sebelumnya, “Kapal
Van Der Wijck” setidaknya sudah memboyong satu juta lebih penonton.
Terlepas dari gaya artistik yang tampaknya “terinspirasi” oleh “The
Great Gatsby”-nya Baz Luhrmann dan terlalu berlebihan menjual adegan
kapal tenggelam ala “Titanic”, yang ternyata hanya gimmick
belaka, saya mengakui film ini menyajikan sesuatu yang langka ada di
film Indonesia. Sebesar ambisinya, film ini benar-benar telah dibangun
dengan begitu megah, tata produksi berskala besar-besaran, ditambah
jajaran pemain yang berakting cemerlang. “Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck” saya pikir layak jadi salah-satu film terbaik di tahun 2013.
05. 9 Summers 10 Autumns
Sutradara: Ifa Isfansyah
Pemeran: Ihsan Tarore, Dewi Irawan, Alex Komang, Shafil Hamdi Nawara
Produksi: Angka Fortuna Sinema
“9 Summers 10 Autumns” adalah sebuah
curhatan seorang teman lama yang diceritakan apa adanya—ada dramatisasi
yang wajar untuk sebuah film yang niatnya juga ingin menghibur. Jika
dirasakan konfliknya terlalu bisa, saya bisa maklum, karena ini bukan
sinetron yang konfliknya bisa dilebih-lebay-kan seenaknya, saya rasa apa
yang disajikan sudah cukup untuk memicu emosi saya, bukan sekedar
menonton tapi melibatkan perasaan untuk ikut turut campur. Ada interaksi
antara film dan penonton, kita dibiarkan untuk merasakan apa yang
terjadi tanpa dipaksa-paksa. Beberapa adegan pun sanggup membuat air
mata ini pada akhirnya menetes. Ya, “9 Summers 10 Autumns” dengan segala
keindahannya, yang sukses ditangkap oleh Gandang Warah selaku DOP,
berakhir tidak saja mempesona lewat gambar-gambar tapi juga indah “di
dalam sini”, film ini ikut menyapa juga hati.
04. Demi Ucok
Sutradara: Sammaria Simanjuntak
Pemeran: Geraldine Sianturi, Lina Marpaung dan Saira Jihan
Produksi: PT Kepompong Gendut, Royal Cinema Multimedia
Sammaria tidak perlu repot-repot lagi
mendekati para penonton, karena begitu “Demi Ucok” mulai membagi
curhatannya, penonton juga termasuk saya langsung peduli, merasa terikat
dan hati tersentuh dengan hubungan Ibu dan anak ini. Ketika chemistry
itu dengan mudah tercipta, Sammaria sekarang tinggal punya tugas
bagaimana menjaga penonton tetap duduk betah di kursi, tidak kabur.
Itulah yang jadi kelebihan “Demi Ucok”, walaupun cukup sering
diperlihatkan wajah Mak Gondut yang menyeramkan apalagi ketika ngamuk,
saya tidak merasa sedang dimarahi, saya betah karena film ini bukan film
yang menceramahi. “Demi Ucok” juga bukan soal memihak pihak mana, saya
peduli dengan Glo tapi juga tidak benci 100% sama Mak-nya, mengesalkan
tapi sekaligus juga menarik simpati, belum lagi Mak Gondut memang sumber
kelucuan dan kekonyolan di “Demi Ucok”. Ampun Mak!
03. Finding Srimulat
Sutradara: Charles Gozali
Pemeran:
Reza Rahadian, Rianti Cartwright, Gogon, Djudjuk Djuwariah, Kadir,
Mamiek Prakoso, Nunung Srimulat, Tarsan, Tessy, Fauzi Baadilla
Produksi: Magma Entertainment
“Finding Srimulat” adalah jawaban dari
kegelisahan saya, resah melihat film-film komedi kita yang belakangan
ini bersembunyi di balik judul-judul jorok dan otak ngeres pembuat
filmnya. Charles Gozali bersama “Finding Srimulat”-nya datang untuk
menyelamatkan perfilman Indonesia, membuktikan jika bangsa ini masih
punya film komedi yang berbudaya, kita masih punya Srimulat dengan
deretan pelawak-pelawaknya yang memang cinta untuk membuat orang
tertawa. Film ini adalah nostalgia sekaligus sebuah surat cinta yang
ditulis dari hati, hasilnya yah ngena ke siapa saja yang menonton,
apalagi mereka yang tumbuh bersama Tessy dan kawan-kawannya.
02. Sokola Rimba
Sutradara: Riri Riza
Pemeran: Prisia Nasution, Nyungsang Bungo, Nengkabau, Beindah, Rukman Rosadi, Nadhira Suryadi, Ines Somellera, Netta KD, Dery Tanjung
Produksi: PT Miles Productions, Miles Films
Sebuah kesederhanaan yang dipaparkan
dengan begitu apik dan indah, Riri Riza sajikan sebuah cerita yang sejak
awal langsung “menjebak” saya untuk tidak bisa lepas dari Prisia
Nasution dan murid-muridnya. Hingga akhir “Sokola Rimba” tak saja
memikat mata dengan visual indah nan eksotis yang jarang terekspos dalam
sinema kita, tapi juga menyuapi hati ini dengan asupan kisah yang
bernilai gizi tinggi. Saya tidak hanya kenyang pesan-pesan kebaikannya,
tapi juga luar biasa senang karena film kita masih memiliki film-film
macam “Sokola Rimba”. Semua tentang film ini adalah pelajaran, sebuah
universitas kehidupan beralaskan daun di tanah dan beratap langit
berbintang. “Sokola Rimba” adalah salah-satu film itu, film luar biasa
yang ingin saya tonton berulang-ulang, lagi dan lagi.
01. What They Don’t Talk About When They Talk About Love
Sutradara: Mouly Surya
Pemeran: Nicholas Saputra, Ayushita Nugraha, Karina Salim, Anggun Priambodo, Lupita Jennifer Produksi: Cinesurya Pictures
Walau fokus “Don’t Talk Love” mengarah
pada mereka yang punya kekurangan, tapi bukan berarti Mouly berniat
untuk mengeksploitasi seenaknya disabilitas, menjadi sebuah konsumsi
hiburan, apalagi mengemis simpati penonton lewat karakter Fitri dan
kawan-kawan. “Don’t Talk Love” justru ingin menampilkan mereka terlihat
yah setara dengan kita yang masih “lengkap”. Sekali lagi ini bukan film
yang mengekspos kekurangan sebagai bahan meminta belas kasihan penonton,
bukan film seperti itu, yang mengandalkan cerita pada penderitaan
berkepanjangan karakternya. Mereka tak sedikitpun diperlihatkan mengeluh
dengan keadaan, karena memang bukan itu yang ingin dibicarakan oleh
Mouly. Tapi soal Fitri dan kawan-kawan yang juga bisa jatuh cinta,
ketika salah-satu indera mereka meredup, indera lain justru bercahaya
lebih terang…lebih peka, bahkan dari kita yang normal
Post a Comment